Produsen elektronik asal Indonesia, Polytron, secara resmi melebarkan sayapnya ke industri otomotif nasional. Melalui gebrakan perdananya, perusahaan ini menghadirkan dua model mobil listrik berbasis SUV, yakni Polytron G3 dan G3+. Kedua model ini menjadi bukti keseriusan Polytron dalam mendukung transisi kendaraan berbahan bakar fosil menuju kendaraan listrik ramah lingkungan.
Langkah ini menandai era baru dalam portofolio bisnis Polytron yang selama ini dikenal luas sebagai produsen alat elektronik rumah tangga. Namun siapa sangka, di balik peluncuran G3 dan G3+, terdapat kisah menarik yang menyambungkan Polytron dengan pabrikan Tiongkok, Skyworth.
Rebranding dari Skyworth EV K
Meski hadir dengan nama besar Polytron, ternyata G3 dan G3+ adalah hasil rebranding dari Skyworth EV K, produk dari Skyworth Group yang berbasis di Nanshan, Shenzhen, Tiongkok. Menariknya, Skyworth sendiri memiliki perjalanan bisnis yang mirip dengan Polytron. Didirikan pada 1988, Skyworth awalnya memproduksi televisi dan perangkat elektronik sebelum akhirnya merambah ke sektor otomotif.
Kemiripan ini menunjukkan bahwa transformasi bisnis lintas industri bukan hal mustahil, bahkan bisa menjadi kekuatan baru untuk perusahaan-perusahaan mapan seperti Polytron dalam menghadapi era elektrifikasi.
Dua Skema Pembelian: Subscription dan Non-Subscription
Salah satu hal paling menarik dari kehadiran Polytron G3 dan G3+ adalah skema pembiayaan yang fleksibel. Polytron menawarkan dua metode kepemilikan: Subscription Battery (sewa baterai) dan Non-Subscription Battery (beli langsung dengan baterai).
1. Skema Subscription Battery
Dalam model ini, konsumen membeli unit kendaraan tanpa baterai, lalu menyewa baterainya dengan sistem berlangganan bulanan. Adapun harga jual unit adalah:
Sewa baterai dikenakan berdasarkan jarak tempuh bulanan dengan tarif:
-
Rp 800 per kilometer
-
Minimal jarak sewa per bulan: 1.500 km
-
Biaya minimum per bulan: Rp 1.200.000
Jika pengguna menempuh lebih dari 1.500 km, maka biaya akan dihitung sesuai kilometer aktual. Misalnya jika mobil menempuh 2.000 km, maka biaya sewanya menjadi Rp 1.600.000 per bulan.
2. Skema Non-Subscription Battery
Bagi pengguna yang tidak ingin repot membayar sewa bulanan, Polytron juga menawarkan opsi pembelian unit beserta baterainya. Harga unit dengan skema ini adalah:
Dengan selisih Rp 120 juta dari versi subscription, inilah harga nominal dari baterai lithium LFP yang digunakan.
Spesifikasi Teknis Polytron G3 & G3+
Kedua model, baik G3 maupun G3+, mengusung spesifikasi teknis yang cukup mumpuni untuk kelas SUV listrik. Berikut adalah detailnya:
Komponen | Spesifikasi |
---|---|
Tipe Baterai | Lithium Ferro Phosphate (LFP) |
Kapasitas Baterai | 51,916 kWh |
Tenaga Maksimal | 150 kW (setara 201 HP) |
Torsi Maksimal | 320 Nm |
Jarak Tempuh | Hingga 402 km (berdasarkan standar CLTC) |
Penggerak | Roda depan |
Kapasitas Penumpang | 5 orang |
Dengan performa tersebut, G3 dan G3+ sangat cocok untuk kebutuhan mobilitas urban dan perjalanan antar kota menengah. Tenaga dan torsi besar juga mendukung akselerasi yang responsif.
Garansi dan Layanan Purna Jual
Polytron tidak hanya menawarkan produk, tapi juga jaminan purna jual yang kompetitif. Berikut adalah paket layanan yang diberikan:
-
Garansi kendaraan: 5 tahun atau 150.000 km
-
Garansi baterai (Non-subscription): 8 tahun
-
Garansi baterai (Subscription): Tanpa batas waktu atau jarak
-
Roadside Assistance 24/7: Bantuan darurat kapan pun
-
Free Portable Charger: Disediakan tanpa biaya tambahan
-
Free V2L Charger: Dapat digunakan untuk fungsi Vehicle-to-Load
-
Assured Resale Value: Polytron menjamin harga jual kembali sebesar 70% dari harga awal dalam waktu 3 tahun
Langkah ini cukup inovatif, karena memberi rasa aman dan nilai investasi yang lebih stabil bagi pengguna kendaraan listrik di Indonesia.
Perbandingan Harga dan Skema Biaya
Agar lebih jelas, berikut adalah ringkasan perbandingan biaya antara skema subscription dan non-subscription:
Tantangan dan Peluang Polytron di Pasar EV Nasional
Polytron bukan satu-satunya pemain dalam pasar EV nasional. Kompetitornya datang dari pemain besar seperti Hyundai Ioniq 5, Wuling Air EV, hingga Neta V. Namun, dengan positioning harga yang cukup bersaing dan fleksibilitas dalam skema pembiayaan, Polytron punya peluang besar untuk merebut hati konsumen lokal.
Selain itu, sentimen positif terhadap produk lokal juga menjadi kekuatan tersendiri. Ditambah lagi dengan jaringan servis dan layanan purna jual Polytron yang sudah tersebar luas di Indonesia, ini menjadi modal penting untuk membangun kepercayaan konsumen terhadap produk baru mereka.
Masa Depan EV di Indonesia
Indonesia menargetkan net zero emission pada tahun 2060, dan kendaraan listrik adalah komponen utama dalam rencana tersebut. Pemerintah telah memberikan insentif bagi kendaraan listrik, baik berupa penghapusan bea masuk, pengurangan PPN, hingga subsidi langsung.
Masuknya Polytron ke sektor otomotif turut mempercepat adopsi kendaraan listrik di Tanah Air. Bahkan, bila ke depan Polytron mampu memproduksi secara lokal, maka potensi ekspor pun terbuka lebar.
Kesimpulan
Kehadiran Polytron G3 dan G3+ bukan hanya menandai ekspansi bisnis sebuah produsen elektronik, tapi juga transformasi industri otomotif nasional menuju era elektrifikasi. Dengan desain modern, performa tinggi, serta sistem pembiayaan yang adaptif, mobil listrik ini dapat menjadi pilihan ideal bagi masyarakat urban yang ingin beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Ditambah dengan jaminan harga jual kembali dan jaringan dukungan yang solid, G3 dan G3+ berpeluang menjadi game-changer dalam segmen SUV listrik di Indonesia.