Di era informasi yang semakin instan, lanskap pencarian digital sedang mengalami transformasi besar. Google, yang selama dua dekade terakhir menjadi pintu utama akses informasi, kini menghadapi tantangan nyata dari dua arah sekaligus: kemajuan teknologi kecerdasan buatan dan pergeseran perilaku generasi muda, terutama Generasi Z.
Istilah “googling” yang pernah menjadi sinonim dari pencarian informasi kini mulai bergeser maknanya. Pengguna, khususnya Gen Z, tak lagi menjadikan Google sebagai satu-satunya sumber jawaban. Mereka beralih ke AI seperti ChatGPT, serta platform visual seperti TikTok dan Instagram. Bagaimana Google merespons? Dan apakah dominasi raksasa mesin pencari ini akan bertahan di tengah gempuran digital?
Kebiasaan Pencarian yang Berubah Drastis
Perubahan cara manusia mencari informasi bukan terjadi dalam semalam. Namun, sejak tahun 2023 hingga kini di 2025, pergeseran ini semakin terasa. Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di era media sosial, smartphone, dan kecepatan informasi. Mereka tidak sekadar mencari jawaban; mereka ingin pengalaman yang cepat, visual, dan interaktif.
Sebuah laporan terbaru dari Google Workspace menyatakan bahwa 93% Gen Z menggunakan minimal dua tools AI dalam aktivitas mingguan mereka, termasuk ChatGPT. Sementara itu, survei dari Adobe mencatat bahwa 75% profesional muda Gen Z mengandalkan AI generatif dalam pekerjaan sehari-hari.
Pergeseran ini tidak hanya mencerminkan ketertarikan pada teknologi baru, tetapi juga kebutuhan akan efisiensi dan kenyamanan dalam mengakses informasi.
AI Mengubah Segalanya: ChatGPT Jadi Alternatif Nyata
Dengan munculnya ChatGPT dan berbagai layanan AI generatif lainnya, pengalaman mencari informasi telah berubah. Kini, pengguna tidak perlu lagi membuka beberapa halaman web untuk menemukan jawaban. Cukup dengan mengetik pertanyaan, AI akan menyusun jawaban lengkap, disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan pengguna.
Sebagai perbandingan:
Google: Menyajikan daftar halaman yang relevan, pengguna perlu memilih dan membaca tiap halaman untuk mendapat informasi.
ChatGPT: Memberikan ringkasan langsung, tanpa perlu membuka tab baru.
Efisiensi ini sangat menarik bagi Gen Z yang mengutamakan kecepatan dan kepraktisan. Bahkan, ChatGPT kini digunakan untuk menyusun email, membuat keputusan karier, hingga menyusun strategi bisnis mikro dalam hitungan detik.
Respon Google: AI Overview & Gemini
Menyadari perubahan besar ini, Google mulai berbenah. Salah satu langkah signifikan yang dilakukan adalah peluncuran fitur AI Overview, bagian dari integrasi teknologi AI Gemini ke dalam Google Search.
Dengan AI Overview, Google tidak lagi hanya menjadi mesin pencari biasa. Ia mulai menjadi penyedia jawaban langsung, seperti ChatGPT. Fitur ini menyajikan ringkasan jawaban di bagian atas hasil pencarian, memberikan pengguna gambaran cepat tanpa harus menelusuri link satu per satu.
Fitur AI Overview menawarkan:
Jawaban berbasis ringkasan dari berbagai sumber tepercaya.
Rekomendasi konten lanjutan berdasarkan niat pencarian (search intent).
Navigasi ke sumber asli untuk informasi lebih mendalam.
Langkah ini menjadi strategi pertahanan Google untuk tetap relevan, sekaligus menunjukkan bahwa raksasa mesin pencari ini siap bermain dalam arena yang sama dengan AI generatif.
Ketertarikan Gen Z pada Pencarian Visual
Meski AI menjadi pesaing baru, Google juga menghadapi tantangan dari sisi lain: media sosial. Penelitian dari SOCi dan Statista menunjukkan bahwa Gen Z kini semakin jarang menggunakan Google untuk pencarian informal, seperti rekomendasi produk, tips gaya hidup, atau tren hiburan.
Sebagai gantinya, mereka lebih suka membuka TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts. Bahkan, 67% Gen Z memilih Instagram untuk pencarian, disusul TikTok (62%), sementara Google berada di posisi ketiga (61%).
Kenapa hal ini terjadi? Karena:
Konten visual lebih mudah dipahami.
Video 30 detik lebih menarik dibanding artikel 1.000 kata.Kredibilitas berbasis komunitas.
Ulasan langsung dari pengguna dianggap lebih autentik dibanding opini dalam artikel.Tren yang terus berkembang.
Algoritma TikTok dan Instagram menyajikan konten viral dengan cepat.
Contoh nyata: Seorang pengguna ingin mencari restoran ramen terenak di Jakarta. Daripada membuka Google dan membaca artikel ranking, mereka membuka TikTok, mengetik “ramen terenak Jakarta”, dan langsung melihat video review, harga, serta suasana tempatnya.
Google Tambahkan Tab Video Pendek
Menghadapi fakta bahwa video pendek mendominasi perhatian digital, Google pun menambahkan fitur Short Videos dalam hasil pencariannya. Fitur ini secara otomatis menyaring konten dari TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts yang relevan dengan kata kunci pengguna.
Langkah ini menjadi bentuk akomodasi terhadap perilaku Gen Z, sekaligus memperkuat integrasi antar platform yang sudah tidak bisa dihindari.
Keunggulan fitur ini antara lain:
Memberikan alternatif pencarian berbentuk video pendek.
Menjembatani kebutuhan akan informasi yang cepat dan visual.
Menjadikan Google lebih dari sekadar mesin pencari; ia menjadi kurator konten lintas platform.
Apakah Google Kehilangan Dominasinya?
Data dari StatCounter mencatat bahwa pada Desember 2024, pangsa pasar global Google turun menjadi 89,73%, pertama kalinya berada di bawah angka 90% sejak 2015. Secara teknis, Google masih mendominasi. Namun, ini adalah sinyal awal bahwa dominasi tersebut tidak lagi absolut.
Beberapa faktor penyebabnya:
AI semakin matang.
ChatGPT, Claude, Copilot, dan lainnya menjadi alternatif serius untuk pencarian berbasis teks.Media sosial jadi alat pencari baru.
TikTok dan Instagram berkembang dari hiburan menjadi sumber informasi.Generasi muda berpindah kebiasaan.
Gen Z tidak lagi melihat Google sebagai satu-satunya “gerbang pengetahuan”.
Namun demikian, dominasi Google masih kuat di kalangan usia lebih tua. Data menunjukkan bahwa pengguna usia 35 tahun ke atas masih sangat loyal menggunakan Google sebagai alat pencarian utama.
Langkah Strategis Google untuk Bertahan
Google sadar bahwa ia tidak bisa hanya mengandalkan teknologi lama. Oleh karena itu, perusahaan ini terus menyempurnakan produknya:
Google Search dengan AI:
Kini bukan hanya menampilkan link, tapi menyarikan jawaban langsung.Visual-first indexing:
Prioritaskan konten dengan elemen visual tinggi dalam hasil pencarian.Kolaborasi konten lintas platform:
Integrasi lebih kuat dengan YouTube Shorts, Instagram, hingga TikTok.Local-based content adaptation:
Hasil pencarian kini lebih personal, berdasarkan lokasi dan perilaku pengguna.AI Tools untuk Pencarian Profesional:
Google juga meluncurkan fitur pencarian AI untuk dunia kerja, termasuk di Gmail, Google Docs, dan Workspace.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Google memahami perubahan lanskap dan tidak ragu untuk beradaptasi.
Apa Artinya Bagi Dunia Bisnis dan Konten?
Bagi pemilik bisnis, pembuat konten, dan marketer digital, perubahan ini bukan sekadar informasi; ini adalah sinyal peringatan. Jika sebelumnya SEO cukup dengan optimasi kata kunci dan backlink, kini dibutuhkan pendekatan multi-format dan platform-aware.
Beberapa implikasi penting:
Konten harus fleksibel: Teks panjang, ringkasan AI, hingga video pendek.
Distribusi lintas platform: Jangan hanya mengandalkan Google, gunakan TikTok, IG Reels, dan YouTube Shorts.
Brand trust dibangun lewat komunitas: Ulasan pengguna dan engagement lebih bernilai dibanding klik semata.
AI harus dioptimalkan: Gunakan tools AI untuk membuat konten yang cepat dan relevan.
Apakah Gen Z Akan Meninggalkan Google?
Tidak sepenuhnya. Gen Z mungkin mengurangi ketergantungan pada Google, tetapi bukan berarti meninggalkannya. Untuk kebutuhan yang lebih teknis, akademis, atau kompleks, Google tetap jadi pilihan utama. Namun, untuk pencarian cepat, visual, dan tren, platform lain telah mengambil alih.
Ini menciptakan ekosistem informasi yang lebih beragam dan dinamis. Tidak ada satu pemain dominan, tetapi beberapa aktor besar yang saling bersaing dan melengkapi.
Penutup
Kita sedang hidup di masa transisi besar dalam dunia pencarian digital. Generasi baru membawa paradigma baru. Mereka menginginkan informasi yang lebih cepat, lebih visual, dan lebih kontekstual. Google tetap berkuasa, tapi kekuasaan itu kini dibagi.
Apakah Google akan runtuh? Tidak. Tapi untuk terus relevan, Google harus terus berubah.
Dan bagi Anda yang berkecimpung di dunia digital, entah sebagai kreator, pebisnis, atau profesional. Satu hal yang jelas: cara orang mencari informasi telah berubah selamanya.