Perkembangan teknologi yang pesat telah membawa perubahan besar dalam kehidupan remaja masa kini. Gadget seperti ponsel pintar, tablet, dan laptop telah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari, baik untuk belajar maupun hiburan. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat ancaman kesehatan yang tidak boleh diabaikan, yakni risiko saraf kejepit pada usia remaja.
Jika dahulu keluhan ini lebih banyak ditemukan pada usia dewasa dan lansia, kini gejalanya mulai muncul di kalangan usia muda. Remaja yang terlalu lama duduk, jarang bergerak, serta memiliki postur tubuh yang salah saat menggunakan gadget, secara tidak sadar meningkatkan risiko terjadinya saraf terjepit, terutama di area tulang belakang.
Mengenal Saraf Kejepit dan Gejalanya
Saraf kejepit atau dalam istilah medis disebut Herniated Nucleus Pulposus (HNP), terjadi ketika jaringan di sekitar saraf, seperti otot atau bantalan tulang belakang, menekan saraf tersebut. Tekanan ini dapat menimbulkan gejala berupa nyeri tajam, kesemutan, rasa terbakar, hingga mati rasa di area tubuh tertentu.
Gejala umum yang mungkin dialami remaja meliputi:
Nyeri di punggung bawah atau leher
Rasa kaku pada punggung setelah duduk lama
Kesemutan atau kebas pada lengan dan kaki
Kelelahan otot saat bergerak
Jika gejala-gejala ini dibiarkan tanpa penanganan, bukan tidak mungkin kondisi akan memburuk dan mengganggu aktivitas harian.
Kenapa Remaja Semakin Berisiko?
Menurut Dr. Asrafi Rizki Gatam, SpOT(K), spesialis ortopedi tulang belakang dari Eka Hospital BSD, meningkatnya kasus saraf kejepit di usia muda tak lepas dari gaya hidup modern yang cenderung pasif. Banyak remaja yang kini enggan beraktivitas fisik, lebih suka berdiam diri dalam waktu lama sambil bermain gadget, dikutip dari CNN Indonesia.
Beberapa kebiasaan yang kerap dianggap sepele, namun berisiko tinggi memicu saraf kejepit antara lain:
1. Terlalu Lama Duduk Tanpa Istirahat
Kegiatan belajar daring, bermain gim, atau menonton video melalui gadget dapat menyebabkan remaja duduk dalam posisi yang sama selama berjam-jam. Tanpa istirahat atau peregangan, tekanan pada tulang belakang akan meningkat, terutama di area lumbar (punggung bawah).
2. Postur Tubuh yang Tidak Ideal
Kebiasaan membungkuk saat melihat layar ponsel, duduk menyilang, atau bersandar terlalu ke depan membuat beban pada tulang belakang tidak merata. Hal ini dapat mempercepat degenerasi bantalan tulang belakang dan menjepit saraf di sekitarnya.
3. Minimnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup sedentari atau kurang gerak membuat otot-otot di sekitar tulang belakang menjadi lemah. Ketika otot penyangga tidak mampu menstabilkan tubuh dengan baik, risiko cedera dan penjepitan saraf akan meningkat.
4. Olahraga Tanpa Pemanasan atau Teknik yang Salah
Beberapa remaja yang aktif secara fisik justru mengalami cedera karena tidak memperhatikan teknik olahraga yang benar. Misalnya saat angkat beban tanpa panduan pelatih, atau berlari tanpa pemanasan memadai.
Dampak Saraf Kejepit Jika Tidak Ditangani
Kondisi saraf kejepit bukan hanya menyebabkan rasa sakit, tetapi juga bisa memengaruhi produktivitas remaja. Dalam jangka panjang, saraf yang tertekan terus-menerus dapat mengalami kerusakan permanen. Akibatnya, penderitanya mungkin mengalami kelemahan otot, gangguan mobilitas, bahkan kehilangan kemampuan fungsi anggota gerak.
Pada beberapa kasus, penanganan medis seperti terapi fisik, konsumsi obat anti-inflamasi, hingga operasi menjadi pilihan terakhir jika perawatan konservatif tidak memberikan hasil yang memadai.
Langkah-Langkah Pencegahan Saraf Kejepit pada Remaja
Meskipun terlihat serius, kondisi ini sebenarnya dapat dicegah dengan perubahan kebiasaan yang sederhana namun konsisten. Berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa diterapkan:
a. Terapkan Postur Tubuh yang Benar
Pastikan remaja duduk dengan posisi tegak, bahu relaks, dan layar gadget sejajar dengan mata. Hindari duduk membungkuk atau menyilangkan kaki dalam waktu lama.
b. Atur Waktu Penggunaan Gadget
Batasi waktu penggunaan gadget maksimal 1–2 jam tanpa jeda. Selingi dengan berdiri, berjalan ringan, atau sekadar melakukan peregangan sederhana.
c. Rutin Berolahraga
Aktivitas fisik ringan seperti jalan kaki, bersepeda, atau berenang sangat bermanfaat untuk memperkuat otot penyangga tubuh. Latihan khusus untuk memperkuat otot punggung dan perut juga disarankan.
d. Gunakan Fasilitas Ergonomis
Jika remaja sering menggunakan komputer untuk belajar, pastikan meja dan kursi sesuai dengan tinggi badan dan mendukung posisi duduk yang baik. Hindari penggunaan kasur atau lantai sebagai tempat belajar dalam jangka panjang.
e. Periksa Jika Ada Gejala
Jika sudah muncul keluhan seperti nyeri punggung yang menetap, kesemutan, atau kebas, segera periksakan ke dokter spesialis ortopedi atau saraf untuk evaluasi lebih lanjut.
Peran Orang Tua dan Sekolah
Peran orang tua dan institusi pendidikan sangat penting dalam membentuk kesadaran akan pentingnya postur dan aktivitas fisik pada remaja. Sekolah dapat menyediakan program olahraga rutin dan edukasi mengenai ergonomi, sementara orang tua bisa mengawasi penggunaan gadget di rumah serta mendorong anak untuk aktif bergerak.
Edukasi kesehatan tulang belakang sejak dini akan memberikan dampak jangka panjang yang positif terhadap kualitas hidup generasi muda.
Kesimpulan
Di tengah kemajuan teknologi, penting bagi remaja untuk tetap menjaga keseimbangan antara aktivitas digital dan kesehatan fisik. Gadget memang membantu dalam banyak aspek, tetapi penggunaannya harus bijak. Saraf kejepit pada remaja kini bukan lagi isu langka, tetapi masalah nyata yang harus diwaspadai.
Dengan postur tubuh yang baik, olahraga teratur, dan manajemen waktu yang tepat, risiko saraf kejepit dapat diminimalisasi secara signifikan. Jangan anggap remeh rasa nyeri atau kebas, karena pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati.